Kamis, 10 Desember 2015

Penirisan Tambang PT Cibaliung Sumber Daya



Analisis Kinerja Pompa Truflo Pada Sistem Penirisan Tambang Bawah Tanah Di Blok Cibitung PT. Cibaliung Sumber Daya, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

Muhammad Amiruddin Nurullah

Sari. PT Cibaliung Sumber Daya merupakan salah satu perusahaan tambang emas yang menerapkan metode tambang bawah tanah (Underground Mining) dengan sistem penambangan cut and fill. Berdasarkan RKAP tahun 2015 bahwa pada bulan Desember 2015 kegiatan penambangan direncanakan akan mencapai X-Cut 9A di blok Cibitung yang berada pada elevasi 966 mdpl. Untuk mengetahui besarnya kemampuan pompa terhadap penambahan debit yang mungkin terjadi dan memperkirakan penurunan level yang masih bisa dicapai oleh pompa truflo, perlu dilakukan analisa mengenai kinerja dan kemampuan pompa truflo yang ada saat ini. Di lokasi penelitian terdapat 3 buah pompa Truflo. Total head aktual dari masing-masing pompa Truflo 4 sebesar 178 m, Truflo 5 sebesar 187 m, dan Truflo 6 sebesar 203 m. Melihat besar total head aktual masing-masing pompa, diketahui pompa masih dapat dimajukan mengikuti kemajuan tambang, maka dilakukan perhitungan mengenai kemajuan pompa per 10 meter penurunan elevasi untuk mengetahui seberapa jauh lagi pompa masih dapat dimajukan dan head pompa yang masih tersisa.  Dari hasil perhitungan mengenai kemampuan pompa terhadap kemajuan tambang, diketahui batas akhir kemajuan pompa yaitu, Truflo 4 sampai dengan elevasi 992 mdpl yaitu sekitar 274,73 meter dari posisi saat ini, Truflo 5 sampai dengan elevasi 993 mdpl yaitu sekitar 135,15 meter dari posisi saat ini, dan Truflo 6 sampai dengan elevasi 982 mdpl yaitu sekitar 222,45 meter dari posisi saat ini. Dengan asumsi bahwa besar debit yang mampu dikeluarkan pompa adalah 20 l/s. Untuk lokasi akhir penempatan pompa Truflo, dapat ditempatkan di Muck Bay 12 yang direncanakan akan dibuat.
Kata kunci : Pompa Truflo, Head Pompa, Kemajuan Pompa.
1.    PENDAHULUAN
Kegiatan penambangan di bawah tanah berlangsung secara continue. Semakin lama kegiatan berlangsung maka elevasi heading penambangan akan semakin menurun. Penurunan elevasi tersebut diikuti pula dengan penurunan berbagai sarana dan prasarana tambang. Salah satunya yaitu pompa dan sump pada sistem penirisan tambang.
Berdasarkan RKAP tahun 2015 bahwa pada akhir bulan Desember direncanakan akan membuka X-Cut 9A di Blok Cibitung yang berada pada elevasi 966 mdpl. Sehingga untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pompa terhadap penambahan debit yang mungkin terjadi dan memperkirakan penurunan level yang masih bisa dicapai oleh truflo perlu dilakukan analisis mengenai kinerja dan kemampuan truflo yang ada saat ini.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui total debit yang masuk dan keluar dari stasiun pompa, mengetahui head total pompa truflo, dan merekomendasikan lokasi akhir penempatan pompa truflo.

2.    LANDASAN TEORI
Penirisan tambang adalah penirisan yang diterapkan didaerah penambangan yang bertujuan untuk mencegah masuknya air dan mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi daerah penambangan yang dapat mengganggu aktivitas penambangan.
Sistem penirisan tambang di PT. Cibaliung Sumbedaya menggunakan metode Mine Dewatering, yaitu air yang ada pada Heading dan Decline dipompa ke Sump Cuddy. Dari Sump Cuddy dipompa ke Pump Station menggunakan pompa listrik Sakura Gawa berkekuatan 11 kw dan 37 kw, dan dari Pump Station dipompa ke luar ke permukaan menuju kolam pengendapan (settling pond) dengan menggunakan pompa listrik Truflo berkekuatan 75 kw.
Pompa Truflo yang digunakan di Pump Station merupakan jenis pompa  rotor heliks yaitu pompa rongga progresif yang bekerja dengan rotasi rotor heliks (lihat Gambar 2.1).  Pompa ini memiliki 2 elemen utama yaitu rotor dan stator. Rotor sebagai penggerak pompa, berbentuk batang spiral yang terbuat dari alloy steel atau stainless steel yang dibalut dengan chrome. Ada juga yang terbuat dari chrome secara keseluruhan. Biasanya memiliki panjang 1.5 – 14 meter dengan diameter ¾ – 1 inch. Sedangkan stator sebagai seal rotor (wadahnya) yang berbentuk spiral, terbuat dari steel tube diluarnya dan elastomer berbahan nitrile rubber atau viton rubber didalamnya (merupakan co-polymer acrylonitrile & butadine). Stator dengan desain khusus memiliki elastomer yang terbuat dari teflon. Biasanya memiliki panjang yang kurang lebih sama dengan rotor yaitu sekitar 1.5-14 meter namun dengan ukuran diameter yang lebih besar antara 2.5-4.5 inch. Desain pompa rotor heliks terdiri dari single external helical gear (rotor) yang berputar secara ekesentrik didalam double internal helical gear (stator). Keduanya sama-sama memiliki minor dan major diameter.
Rotor yang ada di dalam pompa digerakkan oleh Elektrik Motor. Fluida yang ada di Hopper Tank mengalir kedalam stator dan terus mengalir melalui tubing hingga ke permukaan.
 Gambar 2.1 Pompa Truflo Rotor Heliks
Dalam pemompaan di kenal istilah julang ( head), yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air  yang dipompa, maka head juga akan semakin besar.
Julang (head) total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut:
HT = Hs +Hv+ Hls                                                                                            
Hls = Hf  + H fs + H f 2                                                                                       

Keterangan:
HT      = Head Total Pompa (m)
Hs          = Head Statis Total (m)
Hv       = Velocity Head (m)
Hls      = Head Loss (m)
Hf      = Head Friction loss (m)
Hf 2    =Head  perubahan diameter (m) 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        
Hfs     = Head shock loss (m)

1.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Debit Air
Pengukuran debit air dilakukan dengan dua cara yaitu, untuk pengukuran debit air yang keluar dari pipa dilakukan dengan menggunakan alat flometer yang mana alat ini berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran air yang keluar dari pipa dalam satuan meter per detik (m/s), sedangkan untuk pengukuran debit air yang berasal dari aliran di jalan decline dan mengalir menuju sump cuddy dilakukan dengan cara membuat suatu paritan dengan dimensi tertentu, kemudian dialirkan sebuah earplug pada paritan tersebut dan diukur waktu yang dibutuhkan untuk mengalir dari ujung paritan masuk sampai ujung paritan keluar. Debit air yang mengalir dihitung dengan mengalikan luas penampang paritan dengan panjang paritan lalu dibagi dengan waktu yang dibutuhkan earplug untuk mengalir. Alur pengukuran debit dan layout lokasi penelitian dapat dilihat ada gambar 3.1 dan 3.2.
 Gambar 3.1 Alur Pengukuran Debit
Gambar 3.2 Layout Lokasi Penelitian
3.2 Kinerja Pompa
            Pompa truflo yang ada di lokasi penelitian bekerja secara otomatis dimana akan mulai beroperasi pada saat bak penampungnya terisi air sejumlah 75% dan akan berhenti dengan sendirinya pada saat air yang mengisinya tersisa sejumlah 25% dari volume bak penampungnya. Dengan mengetahui hal tersebut, dapat dihitung waktu operasi dan waktu jeda dari pompa truflo berdasarkan debit yang masuk dan debit yang keluar. Setelah diketahui waktu operasi dan waktu jeda dari pompa, maka dapat diperkirakan debit yang dikeluarkan pompa selama satu hari. Hasil perhitungan kinerja pompa sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu Operasi dan Waktu Jeda Pompa

Waktu Penuh
(menit)
Waktu operasi
(menit)
Jeda Waktu
(menit)
Waktu Operasi 1 hari (jam)
Debit 1 hari
(Liter)
Keadaan
Truflo 4
22,08
4,02
11,04
6,40
425075,13
mampu menampung
Truflo 5
6,43
4,64
3,21
14,18
648418,02
mampu menampung
Truflo 6
12,18
3,45
6,09
8,68
637489,63
mampu menampung
3.3       Head Pompa
            Dari hasil perhitungan head total aktual pompa didapatlah besar head aktual masing-masing pompa yaitu, Truflo 4 memiliki head aktual sebesar 178,433 m, Truflo 5 memiliki head aktual sebesar 187,325 m, dan Truflo 6 memiliki head aktual sebesar 203,481 m.
             Head spesifikasi pabrik adalah head maksimal yang mampu diatasi oleh pompa Truflo 4 memiliki head spesifikasi pabrik sebesar 240 m. Truflo 5 memiliki head spesifikasi pabrik sebesar 240 m. Truflo 6 memiliki head spesifikasi pabrik sebesar 240 m.
3.3.3    Head Sisa
            Head sisa adalah sisa kemampuan pompa truflo dalam mengatasi sejumlah hambatan. Besar head sisa ini diperoleh dari selisih antara maksimal head yang bisa diatasi pompa menurut spesifikasinya dengan head actual yang harus diatasi saat ini.
Besar head sisa Truflo 4 adalah 240 m dikurang 178,433 m yaitu sebesar 61,567 m. Besar head sisa Truflo 5 adalah 240 m dikurang 187,325 m yaitu sebesar 52,675 m. Besar head sisa Truflo 6 adalah 240 m dikurang 203,481 m yaitu sebesar 36,519 m.
Melihat besar head sisa masing-masing pompa, maka dapat disimpulkan bahwa pompa masih dapat diturunkan mengikuti kemajuan tambang.

3.4       Perbandingan Antara Debit Teoritis dan Debit Aktual

Debit teoritis adalah debit yang seharusnya keluar dari pompa truflo. Nilai debit teoritis dihitung dengan cara membaca kurva karakteristik pompa spesifikasi, yaitu dengan cara memplot nilai head aktual pompa pada grafik, kemudian ditariklah garis lurus keatas hingga menyentuh garis 400 rpm yang mana nilai tersebut merupakan kecepatan maksimal operasional pompa. Setelah menyentuh garis 400 rpm kemudian ditariklah garis ke kiri hingga menyentuh garis flow rate (m3/h).
Hasil dari perhitungan debit teoris dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.2 Debit Teoritis
Nama Alat
Q teoritis (liter/s)
Q aktual (liter/s)
Truflo 4
22,92
18,35
Truflo 5
22,78
12,71
Truflo 6
22,22
20,40

Dengan membandingkan antara debit aktual dan debit teoritis pompa, maka didapatlah nilai performa masing-masing pompa saat ini. Pada Truflo 4 didapat nilai performanya sebesar 80%, ini menunjukan bahwa pompa masih bekerja dengan baik. Pada Truflo 5 didapat nilai performanya sebesar 56%, ini menunjukan bahwa pompa ini sudah tidak bekerja dengan baik. Dari hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa turunnya performa pompa ini disebabkan karena kinerja motor menurun akibat kondisi rotor di dalam pompa yang sudah haus dikarenakan masa pemakaian yang terus menerus dan juga dikarenakan jenis fluida yang dialirkan bercampur dengan lumpur dan mengandung butiran kuarsa yang tajam sehingga mempercepat hausnya rotor. Pada Truflo 6 didapat nilai performanya sebesar 92%, ini menunjukan bahwa pompa ini masih bekerja dengan baik.
3.5 Kemajuan Pompa
            Dari hasil pengamatan lapangan dan perhitungan head total aktual dari masing-masing pompa, dapat disimpulkan bahwa pompa masih dapat dimajukan mengikuti kemajuan tambang. Maka dari itu dilakukan perhitungan mengenai kemajuan pompa per 10 meter penurunan elevasi untuk mengetahui seberapa jauh lagi pompa masih dapat dimajukan dan head pompa yang masih tersisa.
            Dari hasil perhitungan mengenai kemampuan pompa terhadap kemajuan tambang, diketahui bahwa untuk Truflo 4 dengan performa 100% maka dapat diturunkan hingga elevasi 984 mdpl, namun jika menggunakan performa saat ini yaitu 80% maka Truflo 4 secara vertikal masih dapat diturunkan hingga pada elevasi 992 mdpl atau sekitar 32 meter dari posisi saat ini, dan secara horizontal dapat dimajukan hingga sekitar 274,73 meter dari posisi saat ini. Untuk Truflo 5 dengan performa 100% maka dapat diturunkan hingga elevasi 980 mdpl, namun jika menggunakan performa saat ini yaitu 56% maka secara vertikal masih dapat diturunkan hingga pada elevasi 993 mdpl atau sekitar 17 meter dari posisi saat ini, dan  secara horizontal dapat dimajukan hingga sekitar 135,15 meter dari posisi saat ini. Untuk Truflo 6 dengan performa 100% maka dapat diturunkan hingga elevasi 980 mdpl, namun jika menggunakan performa saat ini yaitu 92% maka secara vertikal masih dapat diturunkan hingga pada elevasi 982 mdpl atau sekitar 28 meter dari posisi saat ini, dan secara horizontal dapat dimajukan hingga sekitar 222,45 meter dari posisi saat ini.
Dengan catatan bahwa debit yang mampu dikeluarkan pompa sebesar 20 liter/s. Layout kemajuan pompa untuk masing-masing pompa dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan 3.4.
Gambar 3.3 Batas Kemajuan Pompa Truflo 4 & 5
 

Gambar 3.4 Batas Kemajuan Pompa Truflo 6
4.         Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian serta pengamatan dilapangan terhadap kinerja dan kemampuan pompa yang ada, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Total debit aktual yang dapat dikeluarkan pompa dari blok Cibitung menuju surface yaitu 51,55 liter/s (TF 4 = 18,44 liter/s, TF 5 = 12,71 liter/s ,TF 6 = 20,40 liter/s).
  2. Penggunaan pompa truflo saat ini dirasa kurang efektif, karena jika dilihat dari perbedaan nilai antara debit yang masuk ke truflo dengan debit air yang keluar dari truflo, maka penggunaan dua pompa saja sebenarnya sudah dapat mengatasi debit air yanng masuk.
  3. Head total aktual yang harus diatasi pompa yaitu, TF 4 sebesar 178,433 meter, TF 5 sebesar 187,325 meter, dan TF 6 sebesar 203,481 meter.
  4. Batas akhir kemampuan pompa terhadap kedalaman kemajuan tambang yaitu, TF 4 sampai elevasi 992 mdpl, TF 5 sampai elevasi 993 mdpl, TF 6 sampai elevasi 982 mdpl. Dengan asumsi bahwa debit yang mampu dikeluarkan pompa adalah 20 liter/detik.
  5. Melihat batas akhir kemampuan pompa terhadap kedalaman kemajuan tambang, maka dapat disimpulkan bahwa pompa Truflo belum bisa melayani hingga posisi X - Cut 9A yang ada pada elevasi 966 mdpl.

DAFTAR PUSTAKA
Djaendi. 2013 “Pengantar Sistem Penyaliran/Penirisan Tambang” Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”. Bandung.
Heli-Flo Technical Data Bookley_print copy. “Heli-Flo TF104 Technical Data”.
Maulana, Candra. 2009. “Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah Pada Main Haulage Level 500 Ciurug PT Antam Tbk. UBPE Pongkor Kabupaten Bogor – Jawa Barat Jurusan Teknik Pertambangan Mineral, Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”. Bandung.
Sayoga Gautama, Rudy. 1993. “Pengantar Penirisan Tambang” Jurusan Teknik Pertambangan ITB : Bandung.
Suwandhi, Awang. 2004. “Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang” Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, 12 – 22 Juli 2004. Unisba. Bandung.
Sudana dan Santosa. 1992. “Peta Geologi Lembar Cikarang”.
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.